Cerita Perang Dunia Kedua di Pulau Biak
Gua Binsari di Pulau Biak, Papua, menyimpan kisah kekejaman perang dunia kedua antara Pasukan Jepang dan Sekutu. Gua dengan kedalaman 25 meter tersebut dulu merupakan tempat persembunyian 3.000 pasukan Jepang. Gua ini merupakan salah satu pertahanan yang sangat kuat bagi pasukan Jepang dan sulit sekali untuk ditembus oleh Sekutu pada masa perang dunia kedua. Pada bagian atas Gua Binsari terdapat lubang yang cukup besar sehingga membuat keadaan di dalam gua menjadi terang oleh sinar matahari.
 |
| Tentara Jepang dan Keluarga |
 |
Prajurit Jepang
Pada tanggal 7 Juli 1944, pasukan Sekutu di bawah pimpinan Jenderal MacArthur menyerang gua yang menjadi tempat persembunyian tentara Jepang. Selain menjatuhi bom, pasukan Amerika, juga menjatuhkan drum-drum bahan bakar yang kemudian ditembaki dari udara. Hal tersebut membuat gua dipenuhi dengan api dan terjadi ledakan dahsyat berkali – kali. Dalam serangan tersebut 3.000 tentara Jepang terkubur dan tewas seketika.
Untuk memperingati tentara yang tewas dibangun juga Monumen Peringatan Perang Dunia kedua di Kampung Paray. Disinilah, bertahun-tahun kemudian, banyak anak dan cucu dari Tentara Jepang yang tewas datang ke Pulau Biak, untuk mencari keluarganya. Mereka tidak akan lagi “bertemu”, karena jasad yang tertinggal telah menjadi belulang. Beberapa tulang belulang sudah berhasil dibakar sesuai kepercayaan, namun banyak juga yang masih menumpuk di tempat penyimpanan dan juga yang belum ditemukan di hutan.
Keluargapun melakukan persembahyangan dan meletakkan memorabilia keluarga di altar, untuk memperlihatkan bahwa keluarga masih mengingat dan merindukan mereka. Museum beserta benda-bendanya tersebut tidak menceritakan siapa yang memenangkan peperangan tersebut, melainkan menyampaikan pesan bahwa kekejaman perang dan kehilangan adalah kisah kelam yang tidak perlu terulang.
penulis ,itro ronsumbre |
0 komentar:
Posting Komentar